Selasa, 25 November 2008

Internet

Internet berawal dari diciptakannya teknologi jaringan komputer sekitar tahun 1960. Apa sebenarnya jaringan komputer itu ? Jaringan komputer adalah beberapa komputer terhubung satu sama lain dengan memakai kabel dalam satu lokasi, misalnya dalam satu kantor atau gedung. Jaringan komputer ini berfungsi agar pengguna komputer bisa bertukar informasi dan data dengan pengguna komputer lainnya.

Pada awal diciptakannya, jaringan komputer dimanfaatkan oleh angkatan bersenjata Amerika untuk mengembangkan senjata nuklir. Amerika khawatir jika negaranya diserang maka komunikasi menjadi lumpuh. Untuk itulah mereka mencoba komunikasi dan menukar informasi melalui jaringan komputer.

Setelah angkatan bersenjata Amerika, dunia pendidikan pun merasa sangat perlu mempelajari dan mengembangkan jaringan komputer. Salah satunya adalah Universitas of California at Los Angeles (UCLA). Akhirnya tahun 1970 internet banyak digunakan di unversitas-universitas di Amerika dan berkembang pesat sampai saat ini. Agar para pengguna komputer dengan merek dan tipe berlainan dapat saling berhubungan, maka para ahli membuat sebuah protokol (semacam bahasa) yang sama untuk dipakai di internet. Namanya TCP (Transmission Control Protocol, bahasa Indonesianya Protokol Pengendali Transmisi) dan IP (Internet Protocol).

Internet saat ini

Tahun 1989, Timothy Berners-Lee, ahli komputer dari Inggris menciptakan World Wide Web yaitu semacam program yang memungkinkan suara, gambar, film, musik ditampilkan dalam internet. Karena penemuan inilah internet menjadi lebih menarik tampilannya dan sangat bervariasi. Dahulu internet hanya dapat digunakan oleh kalangan tertentu dan dengan komponen tertentu saja. Tetapi saat ini orang yang berada dirumah pun bisa terhubung ke internet dengan menggunakan modem dan jaringan telepon. Selain itu, Internet banyak digunakan oleh perusahaan, lembaga pendidikan, lembaga pemerintahan, lembaga militer di seluruh dunia untuk memberikan informasi kepada masyarakat.

Di samping manfaat-manfaat di atas, internet juga memiliki efek negatif dikarenakan terlalu bebasnya informasi yang ada di internet. Sehingga memungkinkan anak-anak melihat berbagai hal yang tidak pantas untuk dilihat ataupun dibaca.

Cara mengakses ke internet

Bila di rumah kita tidak mempunyai komputer yang terhubung dengan internet, kita bisa memanfaatkan warnet (warung internet) atau mungkin di laboratorium komputer sekolah yang sudah terhubung ke internet untuk mencari informasi. Untuk mencari informasi atau data kamu bisa klik/tekan shortcut/gambar jika kamu menggunakan browser Internet Explorer. Kemudian isi alamat situs yang dituju pada Address. Untuk mencari informasi secara cepat, gunakanlah situs pencari seperti : yahoo.com, google.com, e-smartschool.com atau yang lainnya.

(sumber: www.google.com)

Teknologi Komunikasi Informasi


Mengupas dan Menjelaskan Persoalan Teknologi Komunikasi Informasi

Bagi kebanyakan orang, kemajuan teknologi komunikasi informasi mungkin dianggap sebagai "das Sollen". Seharusnya begitu. Teknologi komunikasi informasi dianggap sebagai bagian kehidupan, seperti bernapas, menyetir mobil, membuka lemari es, dan sejenisnya. Sesederhana itu.

Pada kenyataannya, ternyata tidak sesederhana itu. Dia menjadi sederhana karena para penggunanya terbiasa menggunakannya. Kebiasaan untuk menggunakan pun menjadi sebuah proses yang panjang, dari kesalahan demi kesalahan, keberhasilan demi keberhasilan, sampai kita memahami dan menguasai prinsip-prinsip dasar yang menopang teknologi komunikasi informasi.

Dalam lingkup pekerjaan wartawan, teknologi komunikasi informasi menjadi sebuah isu krusial. Wartawan akan selalu balapan dengan waktu untuk menerbitkan tulisan-tulisannya di surat kabar. Dan waktu menjadi sesuatu yang konstan, tidak pernah berubah dan selalu ada dalam batasan-batasan yang tidak pernah bisa diterobos.

Dengan teknologi komunikasi informasi, waktu bisa didekati dengan mempercepat proses penulisan, baik itu menulisnya sendiri maupun proses pengiriman kembali ke redaksi. Teknologi komunikasi informasi pada tingkat yang paling awal sekitar 20 tahun lalu memberikan makna yang sangat penting dalam menopang pekerjaan wartawan.

Menggeluti

Mungkin ini inti dari buku Jeremy Wagstaff yang berjudul Loose Wire: A Personal Guide to Making Technology Work for You yang diterbitkan oleh Equinox Publishing hari ini. Wagstaff berbaik hati untuk meminta penerbitnya mengirim softcopy bukunya ke Kompas sebelum diluncurkan.

Buku ini merupakan kumpulan tulisan Wagstaff di harian Asia Wall Street Journal dan majalah Far Eastern Economic Review sejak tahun 2000. Seperti pada umumnya wartawan yang meliput Asia pada dekade 1990-an, Wagstaff adalah wartawan yang bertugas untuk menulis masalah-masalah politik regional, khususnya di kawasan Asia Tenggara.

Dia memang tidak terdidik, seperti halnya wartawan-wartawan lain dari surat kabar umum, di bidang teknologi komunikasi informasi. Minat Wagstaff dan wartawan lainnya terhadap masalah teknologi komunikasi informasi berkembang bersama kesadaran bahwa teknologi akan mengubah cara jurnalis menggelutinya maupun kesadaran bahwa cara kerja dunia pun akan berubah.

Akibatnya, pada umumnya wartawan kemudian secara perlahan mengikutinya dengan caranya sendiri-sendiri daripada menolak kehadiran teknologi komunikasi informasi. Wagstaff menulis, "It was then that I discovered I had to master this technology thing before it mastered me" (hal 16).

Memanfaatkan

Buku Loose Wire setebal 368 halaman ini terbagi atas empat bagian, yang masing-masing membahas masalah konektivitas, menggunakan teknologi untuk menyelesaikan berbagai persoalan, berbagai aplikasi yang diperlukan, serta bagian yang membahas tentang ancaman penggunaan teknologi komunikasi informasi, seperti virus dan spam.

Masing-masing bagian menjelaskan tentang berbagai isu sekitar teknologi komunikasi informasi secara jelas, mudah dicerna, enak dibaca, dan memperkaya banyak hal yang tidak diketahui sebelumnya walaupun kita menggunakannya sehari-hari. Ketika menulis tentang WiFi, misalnya (hal 38-45), Wagstaff tidak hanya menulis tentang apa itu teknologi nirkabel, melainkan juga perangkat yang digunakan serta digunakan untuk apa perangkat nirkabel tersebut.

Banyak isu yang ditangkap Wagstaff dan dituangkan dalam tulisan-tulisannya secara populer agar mudah dicerna, termasuk isu-isu yang tidak terbayangkan sebelumnya, seperti berkaitan dengan layanan purnajual atau customer support (hal 93-102), yang memang menjadi isu terbesar para pengguna teknologi komunikasi informasi. Menurut dia, kemajuan jaringan internet seharusnya bisa memberikan peluang kepada para perusahaan untuk memberikan layanan yang lebih baik kepada para pelanggannya.

Tulisan-tulisan dalam Loose Wire, selain mengulas berbagai persoalan teknologi komunikasi informasi, juga memberikan tips singkat mengenai berbagai hal, termasuk bagaimana melindungi diri dari virus dan spam. Sebagai sebuah buku, Loose Wire adalah panduan tidak resmi bagaimana memanfaatkan teknologi komunikasi informasi.

Mereka yang membaca buku Wagstaff ini akan terpuaskan dengan berbagai masalah yang ditulisnya, setidaknya memahami perkembangan teknologi komunikasi informasi yang ada di sekitar kita. Satu saja kekeliruan dalam buku Loose Wire ini, yaitu sebuah nama pada bagian belakang yang tidak dieja secara benar. Dan ini mungkin karena database yang digunakan Jeremy Wagstaff tidak ter-update.

(www.kompas.com)

Senin, 17 November 2008

3G


Teknologi 3G: Jalan Tol Menuju Masa Depan Telekomunikasi (3G - 3)

Membicarakan 3G di masa ini, harusnya bukan merupakan satu hal yang aneh. Apalagi jika mengingat sudah ada banyak negara yang menerapkan teknologi komunikasi canggih tersebut. Yang membuat sedih, sementara di negara lain teknologi komunikasi digenjot supaya semakin maju, di negara kita justru kemajuan teknologi terasa ditahan-tahan.

Kebutuhan akan jalur komunikasi dan akses informasi yang lebih lebar bisa terjadi karena adanya perubahan atau tuntutan gaya hidup seseorang. Sebagai ilustrasi, kalau dulu, waktu si Ciplus masih duduk di bangku SMU, ia sudah cukup puas dengan fitur SMS pada ponselnya. Kemudian, setelah ia kuliah dan tahu lebih banyak tentang dunia perponselan, ia pun ingin mencoba untuk browsing atau men-download aplikasi-aplikasi melalui ponsel GPRS-nya. Setelah bekerja, Ciplus membutuhkan akses yang lebih tinggi lagi –ia harus selalu terhubung dengan Internet supaya bisa selalu “on” berhubungan dengan klien-kliennya di luar negeri, Ia pun harus mencari perangkat yang mantap.

Banyak orang di negara kita yang seperti Ciplus. Mereka ingin beralih, seiring dengan perkembangan dunia komunikasi selular, dari standar 2G (GSM biasa), ke 2,5G (GPRS), lalu ke standar 2,75G (EDGE). Merasa belum puas, mereka pun menanti datangnya 3G.

Fakta Selular Masa Kini

Banyak orang punya kebiasaan yang berbeda. Layanan data yang mereka gunakan bisa berbeda di setiap waktu. Tiap pengguna juga belum tentu selalu mengakses layanan yang sama. Hal tersebut disampaikan oleh Merza Fachys, ICM Business Development PT Siemens Indonesia, dalam forum diskusi mengenai 3G yang diadakan di Upstair Lounge, Plaza Senayan, Jakarta, Rabu lalu (22/09).

Berbagai layanan aplikasi 2G dan 2,5G telah diterapkan oleh para operator dan vendor telekomunikasi. Sebut saja akses Internet seperti browsing Web dan WAP, layanan messaging (SMS/MMS/e-mail), layanan hiburan seperti download game dan ringtone, serta layanan M-Commerce seperti mobile banking dan mobile ticketing –semua bukan hal yang baru lagi di dunia mobile selular. Dengan makin membludaknya jumlah subscriber layanan selular, tak heran jika jalur selular pun semakin padat.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Siemens di pasar data mobile Indonesia, diperoleh hasil bahwa 30 persen pengguna ponsel di negara kita menggunakan layanan data mobile-nya untuk memperoleh hiburan dan membunuh rasa suntuk. Dua puluh delapan persen pengguna menggunakannya untuk mengakses berita dan informasi. Layanan mobile finansial berada di tempat ketiga dengan jumlah pengguna sebanyak 12 persen. Dan, hanya 2 persen yang menggunakan layanan data mobile untuk mengakses game.

Gambaran 3G

Banyak vendor telah melempar produk handset 3G-nya di pasar luar negeri. Contohnya adalah Nokia dengan ponsel berseri 6230, 7610, dan 7200. Siemens juga telah melempar handset 3G-nya ke pasar luar negeri, semua model 3G-nya diawali dengan huruf U (UMTS) di depan namanya –contohnya adalah Siemens U15.

“People need realtime multimedia, not only voice and data.” Dengan jaringan teknologi 3G, utamanya yang bisa diperoleh oleh para pengguna telekomunikasi adalah kecepatan akses. Dengan GPRS, atau yang dikenal dengan teknologi 2G, para techy memang sudah bisa memperoleh layanan akses Internet mobile serta video streaming, namun aksesnya sering tersendat-sendat. Nah, dengan 3G, mereka pun bisa memperoleh hal yang sama, dibalut dengan berbagai tambahan fitur plus kecepatan yang jauh lebih kencang. Kecepatan akses yang dijanjikan oleh teknologi 3G tidak main-main. Perbedaannya bisa dilihat di Tabel Perbandingan Tipikal Data Rate Jaringan.

Layanan-layanan yang bisa diperoleh dalam 3G bukan sekadar komunikasi suara atau Internet mobile, seperti yang sudah bisa kita peroleh dengan GPRS. 3G juga mampu memberikan layanan video on demand.

Ada beberapa negara yang telah mengimplementasikan 3G, misalnya di Jepang dan Korea. Di sana, para pemilik ponsel 3G sudah bisa bercakap-cakap sambil melihat wajah lawan bicaranya pada layar ponsel. Mereka pun bisa menonton film atau melakukan video streaming dengan lancar, tidak terputus-putus. Dengan 3G, nonton TV pun bisa dilakukan lewat ponsel. Singkatnya, teknologi 3G menggabungkan fungsi ponsel, Internet, dan multimedia.

Tantangan 3G

Asia akan memimpin pertumbuhan global di bidang layanan data. Ini adalah prediksi dari Forum UMTS. Saat ini, Jepang merupakan negara Asia yang paling maju di bidang teknologi komunikasi. Negara tersebut telah mengimplementasikan 3G sejak tahun 2001.

Bagaimana dengan 3G di Indonesia? Amat disayangkan, perkembangan teknologi 3G di Indonesia sedikit dihambat oleh pemerintah kita. Infrastruktur jaringan 3G berbeda dengan EDGE yang bisa beroperasi di jaringan GSM. Untuk implementasi 3G, perlu ada alokasi frekuensi jaringan baru dan persiapan infrastruktur yang sedikit berbeda. Operator yang telah lama berkiprah di Indonesia kesulitan memperoleh lisensi untuk alokasi frekuensi jaringan 3G. Sepertinya pemerintah berpikir untuk memberikan lisensi alokasi frekuensi jaringan kepada operator yang baru, bukan operator-operator yang telah exist yang notabene sudah malang melintang di dunia selular.

Siemens, seperti disampaikan oleh Merza, telah menyuplai infrastrukstur bagi 50 persen negara di dunia yang telah menggunakan 3G. Selama ini, Siemens dan Telkomsel telah bekerja sama untuk mempersiapkan jaringan 3G.

“Jika pemerintah telah mengeluarkan ijin alokasi frekuensi untuk 3G, maka dalam waktu 6 bulan setelahnya, Telkomsel siap untuk menjalankan 3G di Indonesia”, ujar Yoseph Garo, General Manager Technology & Strategic Network Telkomsel. Yang jadi pertanyaan sekarang adalah kapan ada ijin lisensi 3G bagi para operator existing di negara kita, dan berapa harga yang akan dipasang untuk mengakses layanannya.

Sebagai informasi, saat ini sudah ada 2 perusahaan di luar operator existing yang telah memegang lisensi 3G di Indonesia. Mereka adalah Lippo Telkom dan Cyber Access. Lippo Telkom baru saja memperoleh lisensi 3G, sedangkan Cyber Access telah mendapatkannya sejak Oktober 2003. Namun hingga saat ini, belum ada aksi apapun dari keduanya.

Kendala lain yang jadi batu sandungan untuk perkembangan 3G di Indonesia adalah keterbatasan dalam penetrasi handset berbasis 3G. Selain harganya masih sangat mahal, belum banyak orang yang merasa perlu menggunakannya. Di Indonesia, content provider untuk aplikasi 3G juga masih sangat terbatas –belum seperti di luar negeri.

Pengembangan layanan data mobile sebenarnya merupakan peluang bisnis yang menjanjikan, khususnya bagi para penyedia konten dan aplikasi. Yoseph menyampaikan bahwa penetrasi handset dan platform 3G bakal mem-booming pada tahun 2006. Booming ini tentunya perlu dibarengi dengan persiapan infrastruktur jaringan 3G. Yang perlu kita tunggu sekarang adalah ijin dari Regulator, untuk mewujudkan mimpi kita untuk masuk ke dalam jalur tol dunia selular.